Kamis, 23 April 2015

EKSPOR IMPOR PDRB PROV PERINGKAT INDONESIA


PEREKONOMIAN INDONESIA










Disusun Oleh :

ADIBAH RAHMATUNNISA (20214254)


Kelas:

1 EB19




UNIVERSITAS GUNADARMA






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Peranan ekonomi sangatlah penting bagi kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan. Dan perekonomian tiap negara dijadikan tolak ukur apakah negara tersebut tergolong makmur atau tidak. Seiring dengan berkembangnya zaman kebutuhan ekonomi bagi setiap orang akan bertambah . dan kebutuhan ekonomi pun berbeda beda setiap individu dan golongan. Bagi golongan atas kebutuhan akan semakin banyak, golongan menengah memiliki kebutuhan yang sedang/ wajar, dan golongan bawah kebutuhannya semakin sedikit karena sesuai pendapatan mereka masing-masing. Pada kesempatan ini saya juga akan membahas tentang kondisi perekonomian di Indonesia termasuk rincian di setiap sektor ekspor dan impor dan lain sebagainya yang akan saya ulas lebih dalam sebagai berikut. Berdasarkan uraian diatas penulis memberi judul Mengenal Indonesia Dari Sisi Perekonomian.

B.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka rumusan masalah yang dikaji dalam penulisan ini tentang Mengenal Indonesia Dari Sisi Perekonomian. Adapun perumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a.       Rincian pada tiap sektor ekspor dan impor
b.       PDRB Provinsi
c.      Peringkat Indonesia di dunia dan terpuruknya Indonesia dari segi keuangan




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Rincian Pada Tiap Sektor Ekspor Dan Impor

(Januari 2015)
Dari hasil pengamatan Badan Perekonomian Statistik nilai ekspor Indonesia Januari 2015 mencapai US$13,30 miliar atau mengalami penurunan sebesar 9,03 persen dibanding ekspor Desember 2014. Sementara bila dibanding Januari 2014 mengalami penurunan sebesar 8,09 persen. Dapat dikatakan bahwa pendapatan perekonomian di Indonesia semakin menurun padahal dapat kita ketahui bahwa negara kita memiliki banyak sumber daya alam yang melimpah yang dapat kita gunakan untuk memperbaiki perekonomian di Indonesia. Sangat disayangkan jika sumber daya alam yang kita miliki disalahgunakan oleh orang yang tidak mempunyai peri kemanusiaan. Karena, sumber daya alam tersebut yang dapat kita harapkan untuk memperbaiki ekonomi kita dan memberantas kemiskinan dan para buruh dapat hidup secara berkecukupan dan makmur tetapi disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Nilai ekspor nonmigas Januari 2015 mencapai US$11,22 miliar, turun 8,51 persen dibanding Desember 2014, sementara bila dibanding ekspor Januari 2014 turun 6,24 persen. Penurunan terbesar ekspor tahun 2015 ini terjadi pada ekspor nonmigas terhadap Desember 2014 terjadi pada lemak dan minyak hewani sebesar US$162,6 juta (9,55 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$293,4 juta (61,77 persen). Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan periode Januari 2015 turun sebesar 4,69 persen dibanding periode yang sama tahun 2014, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 16,34 persen, sementara ekspor hasil pertanian naik sebesar 8,88 persen.
Nilai Impor di Indonesia pada bulan Januari 2015 juga mengalami penurunan, Hal ini membawa berita baik karena, agar negara kita menjadi negara yang mandiri yang dapat mengolah hasil sumberdaya nya yang melimpah ruah. Sangat disayangkan jika kita tidak memiliki alat olah untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi dan sumberdaya manusia nya yang belum terdidik dan mempunyai keahlian dan harus berpangku tangan kepada negara lain sehingga kita masih mengandalkan impor dari negara tetangga, apalagi pada bulan Januari ini kedelai dan beras pun mengimpor dari luar negri padahal negara kita dikenal sebagai negara agraris. Diharapkam pemerintah dapat segera mengatasi segala permasalahan perekonomian di Indonesia ini dengan cara yang praktis sehingga tidak berpangku tangan lagi. Nilai impor Indonesia Januari 2015 mencapai US$12,59 miliar atau turun 12,77 persen dibanding Desember 2014. Demikian pula jika dibanding Januari 2014 turun 15,59 persen. Impor nonmigas Januari 2015 mencapai US$10,48 miliar atau turun 5,15 persen dibanding Desember 2014, sedangkan bila dibanding Januari 2014 turun 7,83 persen dan impor nonmigas yang terbesar pada Januari 2015 adalah golongan barang mesin dan peralatan mekanik dengan nilai US$2,01 miliar. Nilai ini turun 0,52 persen dibanding impor golongan barang yang sama Desember 2014. Impor migas Januari 2015 mencapai US$2,11 miliar atau turun 37,59 persen dibanding Desember 2014, demikian pula jika dibanding Januari 2014 turun 40,42 persen. Nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku/ penolong, dan barang modal selama Januari 2015 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 20,25 persen; 15,02 persen; dan 16,29 persen.

(Februari 2015)
Menurut perhitungan yang bersumber dari BPS dapat kita lihat nilai ekspor mengalami penurunan secara terus menerus kita harus mengetahui permasalahan tersebut apa yang menyebabkan nilai ekspor Indonesia menurun secara terus menerus agar kita dapat menaikkan kembali nilai ekspor di Indonesia, padahal sangat berguna sekali untuk menunjang perekonomian di Indonesia karena memiliki aset sumberdaya yang melimpah ruah yang dapat kita jadikan sebagai sumber pendapatan. Nilai ekspor Indonesia Februari 2015 mencapai US$12,29 miliar atau mengalami penurunan sebesar 7,99 persen dibanding ekspor Januari 2015. Demikian juga bila dibanding Februari 2014 mengalami penurunan sebesar 16,02 persen. Ekspor nonmigas Februari 2015 mencapai US$10,40 miliar, turun 7,83 persen dibanding Januari 2015, demikian juga bila dibanding ekspor Februari 2014 turun 12,68 persen. Februari 2015 mencapai US$25,64 miliar atau menurun 11,89 persen dibanding periode yang sama tahun 2014, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$21,67 miliar atau menurun 9,22 persen. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari. Penurunan terbesar ekspor nonmigas Februari 2015 terhadap Januari 2015 terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$230,1 juta (29,94 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar US$41,7 juta (56,13 persen). Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan periode Januari dan Februari 2015 turun sebesar 8,60 persen dibanding periode yang sama tahun 2014, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 14,83 persen, sementara ekspor hasil pertanian naik sebesar 2,37 persen.
Nilai impor Indonesia Febuari 2015 mencapai US$11,55 miliar atau turun 8,42 persen dibanding Januari 2015 dan diharapkan setiap bulannya nilai impor di Indonesia semakin menurun. Demikian pula jika dibanding Februari 2014 turun 16,24 persen perbedaan jumlah impor tahun 2014 dengan 2015 memiliki perbedaan dua kali lipat, ini menunjukkan kemajuan yang bagus dan diharapkan untuk tahun tahun selanjutnya mengalami penurunan lagi. Rinciannya sebagai berikut, Impor nonmigas Februari 2015 mencapai US$9,83 miliar atau turun 6,34 persen dibanding Januari 2015, sementara bila dibanding Februari 2014 turun 4,86 persen. Impor migas Februari 2015 mencapai US$1,72 miliar atau turun 18,70 persen dibanding Januari 2015, demikian pula jika dibanding Februari 2014 turun 50,26 persen. Nilai impor nonmigas terbesar Februari 2015 adalah golongan barang mesin dan peralatan mekanik dengan nilai US$1,82 miliar. Nilai ini turun 10,29 persen dibanding impor golongan barang yang sama Januari 2015. Nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku/ penolong, dan barang modal selama Januari sampai Februari 2015 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

B.     PDRB Provinsi

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah jumlah nilai tambahan yang diperoleh dari barang atau jasa yang dihasilkan dari kegiatan perekonomian diseluruh daerah yang biasanya perhitungannya pada tahun tertentu atau periode tertentu tetapi biasanya perhitungannya dilakukan setahun sekali. Perekonomian di Indonesia diukur dari dari hasil Produk Domestik Bruto, karena dari hasil tiap provinsi dapat kita nilai apakah dari tiap provinsi-provinsi di Indonesia sudah mengalami kemajuan atau mungkin kemunduran. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan I-2014 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,52 persen, selanjutnya oleh Pulau Sumatera sebesar 23,88 persen, Pulau Kalimantan 8,45 persen, Pulau Sulawesi 4,72 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,48 persen. Kontribusi terkecil berasal dari kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua, yakni sebesar 1,95 persen. Dari hasil yang kita lihat Pulau Jawa dan Pulau Sumatera masih menduduki peringkat pertama. Olehkarena itu, pemerintah sebaiknya memutasikan atau memindahkan para-para ahli yang mempunyai kinerja baik yang berada di Pulau Jawa agar memberikan pengarahan pada para pekerja di tiap tiap daerah yang para pekerjanya masih dibawah rata-rata. Yang utama ke daerah di Pulau Maluku dan Papua agar dapat mengeksploitasi sumberdaya didaerah tersebut dan perekonomian yang baik tidak didominasi oleh satu Pulau saja tetapi alangkah lebih baiknya perekonomian tiap daerah seimbang dan sama rata. Karena, yang kita tahu Maluku dan Papua terkenal hasil tambangnya sayang sekali apabila hasil tambang disana di dominasi oleh para pekerja dari luar negeri. Dengan cara tersebut dapat memperbaiki perekonomian di Pulau Maluku dan Papua agar perekonomian daerah tersebut tidak berbeda jauh dengan Pulau Jawa dan sekitarnya. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2014 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 58,70 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,74 persen, Pulau Kalimantan 8,31 persen, Pulau Sulawesi 4,84 persen, dan sisanya 4,41 persen di pulau-pulau lainnya. Dan struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan III-2014 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,51 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,63 persen, Pulau Kalimantan 8,21 persen, Pulau Sulawesi 4,97 persen, dan sisanya 4,68 persen di pulau-pulau lainnya. Dari hasil PDRB Provinsi dari triwulan ke I, II, dan III masih dikuasai oleh Pulau Jawa yaitu Provinsi DKI Jakarta yang kedua oleh Pulau Sumatra lalu Pulau Kalimantan dan selanjutnya Pulau Sulawesi dan yang terakhir oleh pulau NTT, NTB, Maluku Papua dan sekitarnya.

3 PROVINSI DENGAN PDRB TERTINGGI TAHUN 2014
                                                                                                              
TRIWULAN
PULAU JAWA
SUMATRA
KALIMANTAN
KE-1
58,52
23,88
8,45
KE-2
58,70
23,74
8,31
KE-3
58,51
23,63
8,21


C.    Peringkat Indonesia di Dunia

Berdasarkan Forum Ekonomi Dunia Indonesia menempati peringkat ke 34 dari 144  negara pada tahun 2014/2015. Posisi Indonesia meningkat dari tahun sebelumnya yaitu peringkat ke 38 pada tahun 2013/2014 dan peringkat ke 50 tahun 2012/2013. Posisi pertama diraih oleh negara Swiss disusul oleh Singapura dan Amerika Serikat. Di kawasan Asia sebenarnya Indonesia tidak mendapati peringkat baik di Asia Pasifik karena tidak termasuk 10 besar Asia Pasifik. Indonesia kalah dari Malaysia yang menempati 20 dunia dan Thailand di posisi 31 global. Tetapi Indonesia hanya lebih baik dari Philipina yaitu peringkat ke 52 dan Vietnam ke 68. Tahun 2015 ini Indonesia terpuruk segi keuangan karena, makin melemahnya nilai rupiah. Berkisar pada 13.000 per satu dolar AS. Inilah titik terendah selama hampir 17 tahun. Perusahaan jasa keuangan UBS memprediksi nilai rupiah akan terus melemah dan mencapai sekiar 13.250 per satu dolar AS pada akhir tahun ini. Penyebab pelemahan nilai tukar rupiah adalah defisit transaksi berjalan. Olehkarena itu, pemerintah akan memutuskan paket kebijakan untuk memperbaiki defisit anggaran. Langkah yang akan diambil antara lain pengenaan bea masuk baru untuk produk-produk impor yang terindikasi mengalami dumping, yaitu bantuan khusus dari pemerintahnya agar produk bisa bersaing di pasaran. Langkah lainnya adalah memberi insentif bagi perusahaan Indonesia berupa keringanan pajak, jika minimal 30 persennya produknya ditujukan untuk pasar ekspor. Langkah ini diharapkan bisa meningkatkan kinerja ekspor dan mempengaruhi neraca perdagangan serta transaksi berjalan ke arah yang positif.
Gambar sebagai berikut :

Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar